Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Puisi, Penyair dan ASU

 Sastra Itu Sederhana, tapi Menukik Tajam! Penulis : Azhar Azizah, penyuka sastra. Selain tertular teman ngomong kasar, ternyata sastra (puisi) juga nyata-nyatanya membuat saya pandai berbicara ngomong ASU. Ya bagaimana tidak? tiap kali saya membaca sastra, atau cuplikan musikalisasi puisi, dengan sendirinya mulut saya selalu bilang "Anjirr! Asu!" atau paling tidak yang lebih sederhana "Bangsatt!". Puisi dan penyair yang hebat adalah sekumpulan ASU bagi saya. Karena selain pandai bermain dan beribadah kata, mereka juga mampu menyuguhkan makna dan pesan yang bikin bulu kuduk jadi merinding. Baru-baru ini saya membaca sastra dan buku esai puisi dari penyair khas sunda, yakni Kang Acep Zamzam Noor. Terbilang baru, saya mengenal beliau, tapi selain Jokpin, Wira Nagara, Aan Mansyur, Soe Hok Gie, Widji Thukul, Chairil Anwar, Omar Khayam, Fikar W. Eda, K.H. Mustofa Bisri, dan D. Zawawi Imron, kang Acep bagi saya adalah sekumpulan dari ASU tersebut.  ASU dalam hal ini, buka...

Interpretasi Teks Universal Gender dalam Tafsir: Kisah Penciptaan Adam dan Kisah Zulaikha

Interpretasi Teks Universal Gender dalam Tafsir: Kisah Penciptaan Adam dan Kisah Zulaikha Penulis : Azhar Azizah, seseorang yang mencoba memahami tafsir walau kadang-kadang paradigmanya seperti Decard. Tulisan ini bermaksud untuk mengkaji tafsir yang bias dalam kisah penciptaan Nabi Adam dan kisah Zulaikha. Bagi Pak Kusmana, kita tidak bisa mengharapkan semua tafsir ini bersifat adil (Diskusi Kom-talks: Tradisi Intelektual HMI). Pasti ada beberapa tafsir yang interpretasinya bias. Mengapa demikian? Hal ini dibuktikan karena tafsir pada waktu itu, banyak di tulis oleh pengalaman, ijtihad dan paradigma para mufasir yang kebetulan banyak didominasi oleh kaum laki-laki yang kemudian didukung oleh penafsiran masyarakat Muslim terhadap penjelasan praktik-praktik yang bias dalam Al-Qur'an dan Hadits. Kita harus mengerti konteks ini, sebab kita tidak boleh melupakan sejarah.  Dahulu, sejak Islam belum datang dan muncul ke permukaan, budaya Arab masih di dominasi oleh budaya patriarkis yan...

Kalau Mau Maksiat, Gak Usah Bawa-bawa Agama, Bangsat! Kebiasaan!

Herry Wirawan, Riwayatmu Kini Penulis : Azhar Azizah, salah satu orang yang emosi nulis ini tulisan. Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah, kata-kata Bangsat yang sebanyak-banyaknya kepada Herry Wirawan (36) thn sebagai kategori pelaku terbejat dan tercabul tahun 2016 s.d. 2021. Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan kasus yang Herry Wirawan lakukan bukan kepada 21 (Berdasarkan P2TP2A Garut) santriwatinya? Ya, benar. Kasus yang membuat sederet orang-orang emosi dan gak habis thingking.  Masalahnya gini, Herry Wirawan ini selain terkenal sebagai pencabul, dia juga membawa dalil-dalil agama untuk melanggengkan otoritas dan perbuatan bejatnya, sehingga 21 santrinya ini terdoktrin dan manut-manut saja tak berdaya dengan yang di ucapkan Herry sebagai janji manis pemimpin, juga sebagai seorang Guru agama. Jadi ibarat, kayak judul di atas, mau maksiat bawa dalil-dalil agama, kan Bangsat namanya. Ya bukannya gimana-gimana, yang jadi korban kan bukan cuma para santriwati, anak-anak...