Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

"Sjech"; begitulah saya memanggilnya

Barangkali, kepasifan saya adalah sebuah tanda, yang membedakan bagaimana saya mengagumi dirinya diam-diam, atau sebuah tanda atas keputusasaan saya terhadap perasaan saya sendiri. Maaf jika saya lancang dan sekonyong-konyong, tapi mengaguminya adalah sebuah kalimat paling anarkis sekaligus amat sangat berat dan sulit. Sebab, setelah dia menjalin kebersamaan dengan yang lain, saya lebih cenderung menjadi manusia yang amat sangat dilematis dan melankolis, terutama saya tunjukkan melalui karya-karya sastra saya sendiri. Tak apa, setidaknya perasaan patah hati ini barangkali bisa menjadi ide dan gagasan saya dalam menulis (sastra), dalam menumpahkan keluh kesah saya kepada kata-kata yang belum sempat terucap, dalam menumpahkan luapan amarah saya kepada sebuah 'tulisan esai' karena barangkali saya tak bisa memilikinya. Ah tapi, ide memiliki anda bukanlah hal yang tepat. Saya tak ingin menjadi seorang kekasih yang mengkapitalisasi anda dan juga hak hidup anda. Saya lebih senang meng...

Penyair Belum Pulang

Pengantar -Antologi Puisi 'Penyair Belum Pulang' karya Azhar Azizah Puisi-puisi ini adalah antologi dari sebuah karya besar milik saya pribadi, yang sejatinya belum ada niatan untuk saya terbitkan menjadi sebuah buku. Penyair belum pulang adalah puisi-puisi pengembaraan dan penyelaman seorang penyair tentang apa artinya pencarian dan pengasingan. Puisi ini bisa saja dinikmati pembaca sebagai air yang ikhlas mengalir di muara atau dinikmati sebagai ledakan granat. Saya persembahkan puisi ini sebagai pengantar kepada pembaca. Semoga pembaca bisa menikmati dengan khidmat dan khusyuk puisi-puisi ini. 01- Puisi Seorang Bajingan Aku adalah pekik trauma Atau auman pemberontakan Atau musik rock yang kau putar di sudut ruangan Yang merindukan riuhnya nafasmu Atau dinginnya pendakian Namun kau tak disini Karena aku adalah orang aneh Karena aku adalah seorang bajingan Yang tak tahu caranya mengungkap rindu Atau bercinta denganmu di antara hangatnya Mahameru Atau berbicara denganmu tentang...

Shalat Sebagai Perjalanan Intelektual

Shalat bukan hanya perjalanan spiritual, tapi shalat juga adalah perjalanan intelektual. Penulis : Azhar Azizah Disamping shalat mampu mendekatkan kita pada pengasingan diri sendiri, pada penghayatan, pada dialog intim bersama Sang Khalik, maka makna shalat juga adalah jalan intelektualitas untuk memahami apa yang ada disekitar kita. Memahami bahwa untuk bisa atau mampu sampai pada ke-intiman itu, kita harus melewati proses intelektualitas pemahaman akal murni melalui pemahaman Sunnatullah , yakni ayat-ayat Al-Qur'an dan eksistensi alam semesta sebagai tanda kebesaran dan gerakan tangan Allah SWT. Sudah selayaknya, manusia sebagai Khalifah, baik laki-laki dan perempuan, seharusnya mampu memahami intelektualitas tersebut. Bagi Murata, di samping manusia (Khalifah) memiliki keistimewaan, sebagai sentral, patron, yang dapat membuat kebaikan bagi sesama dan alam semesta. Kedua, karena kebebasannya itulah, seharusnya manusia mampu menggerakkan pikirannya untuk mencapai intelektualitas p...