"Sjech"; begitulah saya memanggilnya
Barangkali, kepasifan saya adalah sebuah tanda, yang membedakan bagaimana saya mengagumi dirinya diam-diam, atau sebuah tanda atas keputusasaan saya terhadap perasaan saya sendiri. Maaf jika saya lancang dan sekonyong-konyong, tapi mengaguminya adalah sebuah kalimat paling anarkis sekaligus amat sangat berat dan sulit. Sebab, setelah dia menjalin kebersamaan dengan yang lain, saya lebih cenderung menjadi manusia yang amat sangat dilematis dan melankolis, terutama saya tunjukkan melalui karya-karya sastra saya sendiri. Tak apa, setidaknya perasaan patah hati ini barangkali bisa menjadi ide dan gagasan saya dalam menulis (sastra), dalam menumpahkan keluh kesah saya kepada kata-kata yang belum sempat terucap, dalam menumpahkan luapan amarah saya kepada sebuah 'tulisan esai' karena barangkali saya tak bisa memilikinya. Ah tapi, ide memiliki anda bukanlah hal yang tepat. Saya tak ingin menjadi seorang kekasih yang mengkapitalisasi anda dan juga hak hidup anda. Saya lebih senang meng...