Melanggengkan Kepatriarkian Lewat Isu-isu Pro Kesetaraan : Ketawain aja
Melanggengkan Kepatriarkian Lewat Isu-isu Pro Kesetaraan : Ketawain aja
Dalam catatan saya terdahulu, memang benar diharuskan bagi kita untuk melakukan perlu dan pentingnya suudzon perspektif patriarki. Fungsinya apa? Supaya kita lebih jeli dan teliti melihat, bahwa ada dua jenis manusia laki-laki di dunia : laki-laki biasa dan laki-laki yang memang patriarki. Saya bermain dengan banyak teman laki-laki saya, tapi saya sendiri pun tidak juga phobia terhadap mereka. Karena pada kenyataannya, relasi sosial dan gender memang penting untuk dibangun untuk saling membangun hubungan yang harmonis satu dengan yang lain.
Namun, sekalipun ia pandai, pintar dan sangat paham betul melebihi saya sendiri soal isu-isu kesetaraan gender/feminisme, bahkan isu-isu kekiri-kirian tetapi jika dalam praktiknya ia sendiri masih bersikap superioritas dan malah hal tersebut dijadikan landasan untuk melanggengkan kepatriarkiannya, maka saya hanya bisa tertawa sih. Ya tak ada ubahnya lah seperti Pemerintahan Kapitalis yang memberikan janji manis iming-iming kemerdekaan atau pemenuhan hak yang setara bagi kaum perempuan, mulai dari : mendirikan beberapa departemen khusus, komisi atau proyek untuk menarik perhatian perempuan, sampai pembuatan undang-undang kesetaraan hak (yang keliatan dan ingin terlihat peduli), tetapi di sisi lain, hal tersebut malah menjadi boomerang bagi korban diskriminasi, yang berakibat lebih banyak kasus pelecehan seksual serta nama buruk yang menekan dan merusak perempuan (Baca : Partai Sosialis Demokratik-Feminisme dan Sosialisme: Menjelaskan Penindasan Perempuan dari Perspektif Marxisme), makin memperkeruh dan memperburuk keadaan perempuan, yang tak lain bahwa, kebijakan pendukungan tersebut malah terlihat untuk melanggengkan beberapa program-program yang dibuat pemerintah kapitalis sendiri, yang artinya ini juga berarti perempuan dituntut untuk mendukung program dan janji-janji manis penguasa tersebut, yang nyata-nyatanya tidak menghasilkan buah yang manis bagi kaum perempuan sendiri, seperti kasus Women In Development yang dikatakan Mansour Fakih (Baca : Analisis Gender dan Transformasi Sosial). Dan inilah yang harus dipertanyakan. Tujuannya buat apa? Supaya terlihat cerdas? Atau malah lebih keliatan mau pamer doang? (Baca : Azhar Azizah-Feminisme Untuk Trend (Gaya Hidup)).
Nah, laki-laki patriarki ini bagi Dea Safira, sekalipun ia paham betul feminisme, harusnya "diketawain aja!". Karena tak makesense dan gak jelas. Toh, tidak ada juga yang melarang dia untuk paham pro kesetaraan, tapi kalau hal itu dilakukan untuk sekedar pamer dan bahkan menjadi salah satu tujuan untuk menjatuhkan orang-orang lain yang paham feminisme, maka norak dan memang seharusnya pantas ditertawakan. Ya bukannya kita merendahkan kecerdasan dan khazanah intelektualnya, tapi yasudah gitu loh. Memangnya kenapa kalau ada orang lain yang juga paham soal feminisme seperti dia? Justru, bukankah itu hal baik? Sehingga dengan banyaknya orang yang paham isu-isu kesetaraan gender, itu merupakan modal bagi kita semua untuk membentuk dunia yang lebih adil satu sama lain? Memangnya dia merasa tersaingi atau bagaimana? Bahkan orang lain yang sekalipun sama paham feminisnya dengan dia, saya yakin hal itu bukan dijadikan landasan atau sayembara siapa diantara mereka yang paling kuat ilmunya, sehingga ingin terlihat lebih unggul dan kemudian pantas untuk melakukan superioritas. Tapi saya yakin hal itu untuk pemahaman diri mereka sendiri tentang ketidakadilan yang nyata-nyatanya benar terjadi.
Maka jangan heran, bahwa subordinasi, marjinalisasi dan diskriminasi pun tidak terjadi dalam kontra kehidupan (laki-laki terhadap perempuan, borjuis terhadap proletar), bahkan orang yang sama-sama pro saja, masih melakukan tiga hal tersebut, walaupun dikemas supaya lebih terlihat keren saja melalui keterbukaan dan pemahaman mereka sendiri terhadap feminisme, yang ujungnya hal tersebut adalah sebuah upaya untuk melanggengkan kepatriarkiannya wkwkwk.
Azhar Azizah ; penulis biasa yang gaada apa-apanya.
mengangguk setuju pas baca tiap paragrafnya
BalasHapus