Puisi Untuk Dedi
"Dedi Irawan,"
"Ded"
Begitulah saya memanggilnya. Sosok yang saya temui saat berada dibangku kuliah. Dedi sama seperti yang lain, orangnya sederhana, senang bercanda meskipun agak garing, nyambung saat diajak ngomong sama yang menurutnya sefrekuensi, tertawanya sedikit karena lebih banyak serius, kepalanya selalu dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab, tentang hidup mandiri dan masa depan yang absurd, senang menyendiri, kadang suka ke kedai kopi untuk sekedar menghilangkan penat lewat walau nyatanya ketika sampai di sana isi kepalanya bekerja lagi memikirkan hal penat yang tak pernah habis.
Dedi sebenarnya tak suka kesepian, ia juga ingin hidup normal biasa seperti rekan-rekan pada umumnya. Tapi rasa sepi seringkali melanda dan melintas di kepala dan hatinya. Dia tak butuh seseorang untuk mengerti siapa dirinya, sebab nyatanya Dedi hanya butuh seseorang untuk menemani dirinya. Dedi butuh teman dan dia pun bahkan selalu membenci menyendiri.
Dedi sebenarnya tak rumit, hanya saja orang-orang (perempuan) selalu berspekulasi bahwa Dedi adalah orang yang rumit. Spekulasi ini kadang membawa Dedi seringkali menemui dirinya yang sedang meringkuk sendirian di sudut-sudut ruang kota atau ruang imaji yang ia buat. Dedi adalah Albert Camus sekaligus Nietzsche.
Dedi yang saya kenal, tetaplah orang yang baik. Dedi adalah teman saya, sahabat karib saya yang saya kenal dari kejauhan. Saya tidak tahu persis, apakah penilaian saya tentang Dedi dalam tulisan ini adalah hal yang benar atau salah? Hanya saja, saya menganalisa Dedi dari kejauhan yang saya lihat dan temui.
Inilah puisi untuk Dedi..
https://s.id/PuisiUntukDedi
Komentar
Posting Komentar